Sumber gambar: imdb.com

Judul               : Kim Ji Young, Born 1982

Diangkat dari  : Novel Kim Ji Young, Born 1982 oleh Cho Nam Ju (2016)

Sutradara         : Kim Do Young

Durasi              : 118 menit

Tahun Rilis      : 2019

Bahasa             : Korea

Pemain            : Jung Yu Mi dan Gong Yoo

Kim Ji Young, Born 1982 merupakan film yang berasal dari novel dengan judul yang sama karya Cho Nam Ju. Film ini menceritakan berbagai problematika yang dihadapi oleh kaum perempuan di Korea Selatan. Berkisah tentang seorang wanita biasa berusia 30-an tahun bernama Kim Ji Young (Jung Yu Mi) yang menikah dengan Jung Dae Hyun (Gong Yoo). Mereka mempunyai buah hati bernama Ah Young yang masih balita.

Ji Young merupakan seorang ibu rumah tangga dan harus merelakan karirnya demi mengasuh putrinya, Ah Young. Alur cerita berawal dari Ji Young yang mengalami postpartum depression, yaitu keadaan saat seorang ibu mengalami depresi pasca persalinan. Saat itu, ia merasakan sedih dan merasa bersalah karena tak bisa bekerja setelah melahirkan. Ia juga mulai kehilangan jati dirinya, merasa tidak bersemangat, suka hilang ingatan, dan bertindak seolah-olah dirinya adalah orang lain. Dae Hyun yang merasa iba melihat istrinya dengan kondisi seperti itu, memberinya saran untuk pergi menemui psikiater dan berkonsultasi mengenai kondisinya.

Film ini menggambarkan budaya patriarki yang masih bercokol di Korea Selatan. Budaya ini menganggap seorang laki-laki mempunyai posisi yang lebih tinggi daripada seorang perempuan. Hal ini sering kali membuat laki-laki selalu diutamakan dalam sebuah keluarga.

Sejak kecil, Ji Young melihat bahwa ayahnya lebih peduli adik laki-lakinya daripada ia dan kakak perempuannya. Suatu ketika saat Ji Young mengalami pelecehan karena laki-laki, ayahnya malah menyalahkan karena ia berpakaian terlalu pendek. Berangkat dari kejadian-kejadian yang terjadi dalam hidupnya itu, Ji Young merasakan adanya ketidakadilan untuk perempuan.

Selain itu, ibu mertua Ji Young juga seseorang yang menganggap bahwa laki-laki tidak boleh mengurus kegiatan rumah tangga. Ia merasa bahwa laki-laki itu tugasnya bekerja saja, sedangkan perempuan lah yang harus mengurus anak dan membersihkan rumah.

Sumber gambar: thejakartapost.com

Tidak hanya di keluarga, orang-orang dengan mindset patriarki juga ada di lingkungan kerja Ji Young. Banyak yang beranggapan bahwa perempuan tidak cocok bekerja. Hal ini akan sia-sia karena ketika perempuan hamil maka usai sudah karirnya. Bahkan, dalam dunia kerja sering kali perempuan lebih sulit untuk mendapatkan promosi jabatan dan tidak bisa menjadi pemimpin.

Ji Young juga kerap mendengarkan percakapan beberapa orang yang merendahkan profesinya sebagai ibu rumah tangga, mereka menganggapnya hanya bersantai dan menikmati gaji suami. Padahal, menjadi ibu rumah tangga tak semudah yang terlihat. Budaya patriarki yang berada di sekitar Ji Young ini perlahan memengaruhi kesehatan mentalnya. 

Kim Ji Young, Born 1982 meraih kesuksesan di Korea Selatan dengan jumlah penonton mencapai satu juta dalam lima hari penayangan. Film ini sukses mengambarkan bagaimana ketimpangan gender dan realita budaya patriarki. Di sisi lain, film ini banyak menimbulkan kontroversi sejak pertama kali tayang. Hal ini terjadi karena isu yang terdapat dalam film adalah isu sensitif di kalangan masyarakat Korea Selatan. Banyak laki-laki yang merasa film ini menggambarkan bahwa laki-laki suka menindas perempuan.

Kim Ji Young, Born 1982 memiliki storyline lambat dan maju mundur yang mungkin bagi beberapa penonton terasa membosankan. Namun, tiap pemerannya mampu mengekspresikan adegan menjadi begitu hidup dan nyata, seolah-olah penonton ikut masuk dan tenggelam dalam emosi. Baru beberapa menit menonton, saya sudah bisa merasakan bagaimana Ji Young merasa terpenjara oleh rutinitasnya sebagai ibu rumah tangga yang tertekan. Selain itu, Gong Yoo juga berhasil memerankan sosok suami ideal yang menyayangi istrinya dengan sepenuh hati meskipun istrinya sakit. Melalui sinematografi dan pemilihan tone dengan warna yang muram juga mampu memberikan visualisasi yang kuat terkait kondisi suasana hati yang tertekan.

Ending dari film ini juga tidak berlebihan. Keputusan Ji Young untuk menyembuhkan kesehatan mentalnya merupakan keputusan yang terbaik. Film ini worth to watch karena penonton bisa mendapat sudut pandang baru terkait hal-hal di sekitar kita bahwa kesetaraan hak antara laki-laki dan perempuan itu sangat penting.

Penulis: Hasna Nur Adila

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *