Oleh: Yeandita Quintara Salsabila
Pikiran yang ada di benak kita terkadang menjadi boomerang terhadap diri kita sendiri. Setelah sukses merilis buku pertama, Muhammad Atiatul Muqtadir atau yang kerap disapa Fathur, melalui buku keduanya yang berjudul “Berdamai Dengan Badai” mengajak kita agar terus menjadi teman bagi diri kita sendiri dan berdamai dengan segala permasalahan yang ada. Buku yang terdiri dari enam bab, dimana tiap bab nya menggambarkan bagaimana diri kita berada di tengah “badai”. Makna badai dalam judul buku ini mewakilkan beragam ujian, kesedihan, rintagan dan tantangan dalam hidup. Sedangkan berdamai menandakan keikhlasan dan ketabahan atas segala badai yang terjadi dalam hidup.
Awal buku ini dibuka dengan bab pertama yang menggambarkan apa arti dari berdamai dengan badai, arti kegagalan, dan berdamai dengan diri sendiri. Dalam kehidupan sudah pasti kita akan menemui berbagai badai dari kecil hingga besar, cepat atau lambat. Buku ini mengajarkan kita, ketika badai itu datang satu-satunya jalan adalah berdamai dengannya. Mengartikan kegagalan bukan sebagai hal yang negatif namun sebagai sebuah proses dalam pengembaran kehidupan. Bahwa berdamai dengan badai adalah bersyukur tanpa tapi, bersabar tak bertepi, mampu menerima diri, memiliki hidup dengan penuh arti.
Dalam buku ini, kita diajak mengarungi berbagai perasaan dalam hidup dan bagaimana mempelajari makna kehidupan. Kehidupan ibarat seperti roda berputar, bahwa di dalam hidup kita tidak hanya bertemu keberhasilan dan kesuksesan namun juga bersamaan dengan kegagalan dan kesedihan. Namun, badai yang besar bukanlah menjadi penghambat kita dalam berproses dan bertumbuh untuk menjadi insan yang dapat memaafkan dan bersyukur.
Buku ini menggambarkan bahwa diri kita adalah sebagai nahkoda dalam kehidupan kita sendiri. Dimana tugas nahkoda tersebut adalah mengembara samudera kehidupan dan dan ketika badai datang bagaimana cara kita untuk dapat menghadapinya. Dalam kehidupan selalu terdiri dari dua hal yaitu pertemuan dan pergantian. Ada kenikmatan, keindahan, kemudahan. Namun juga bertemu kecemasan, kesulitan dan kegundahan. Fathur melalui bukunya mengajak kita untuk senantiasa tetap melangkah walaupun sebesar apapun badai yang dihadapi.
Pada buku ini, kita diajak untuk lebih mengeksplorasi hal-hal yang dapat dilakukan di tengah banyaknya ujian, rintangan dan tantangan dalam hidup. Buku ini dapat menjadi teman dalam melangkah dan penguat hati ketika mengarungi badai kehidupan. Melalui buku ini, kita akan merasa jiwa yang lebih tenang dan memaknai kehidupan sebagai sebuah anugerah. Selain itu, pembaca juga akan mendapatkan 3 postcard yang berisi kata-kata motivasi mengenai bagaimana caranya untuk berdamai dengan badai yang menerpa. Sehingga, pembaca akan lebih merasa dirinya berharga dan permasalahan kehidupan bukanlah sebuah beban, tetapi sebuah hadiah dalam mengarungi samudera kehidupan.
