Oleh : Clarissa Divanendra Salsabila
Stephen Hawking atau yang lebih dikenal dengan nama Hawking lahir di Oxford, 8 Januari 1942. Ia merupakan anak dari pasangan Fank Hawking, seorang peneliti sukarelawan untuk pasukan medis saat perang dan Isobel Hawking, seorang sekretaris penelitian medis. Stephen Hawking memiliki tiga adik. Dua adik kandung, yaitu Mary dan Philippa, dan seorang adik angkat, yaitu Edward.
Sejak kecil Hawking sangat tertarik dengan sains. Pada usia 10 tahun, Hawking menempuh pendidikan di St. Albans School dengan prestasi akademik yang terbilang biasa dan bahkan menempati posisi 3 terbawah. Namun, saat berusia 14 tahun, ia menunjukkan kepintarannya dalam pelajaran matematika dan fisika. Setelah lulus SMA, ayahnya berharap agar dia masuk sekolah kedokteran di Oxford. Akan tetapi, Hawking lebih tertarik pada matematika dan fisika. Setelah mengikuti ujian masuk universitas, Hawking memperoleh undangan dari Oxford University. Awalnya, ia ingin melanjutkan pendidikan tingginya di jurusan matematika. Namun, Oxford Univeristy pada saat itu belum memiliki jurusan tersebut sehingga dia pun berkuliah di jurusan ilmu pengetahuan alam dan melanjutkan pendidikan magisternya di Cambridge University dengan konsentrasi studi kosmologi, cabang ilmu astronomi yang mempelajari asal-usul alam semesta.
Masa awal berkuliah di Cambridge University, Hawking sering menabrak ketika berjalan dan sulit berbicara dengan jelas. Kondisi tubuh yang parah tersebut mendorong ayah Hawking untuk membawanya ke dokter. Hawking pun didiagnosis menderita penyakit Amyotrphic Lateral Sclerosis (ALS) dan hanya memiliki waktu hidup kurang dari dua tahun. Hal ini menyebabkan Hawking depresi dan mengurung dirinya. Seiring berjalannya waktu, berkat kehadiran sang istri, Jane Wilde, ia menemukan kembali semangat hidupnya dan terdorong untuk menyelesaikan pendidikannya. Saat berkuliah di Cambridge, Hawking memperoleh bimbingan dari fisikawan dan kosmolog, Dennis Sciama. Pada 1965, Dennis Sciama mengajak Hawking datang ke seminar Roger Penrose, seorang fisikawan dan matematikawan asal Inggris yang terkenal dengan teorema singularitasnya. Hawking pun tertarik dengan teori tersebut dan bekerjasama dengan Penrose untuk mengembangkan teori itu. Mereka menyatakan bahwa alam semesta berawal dari Big Bang dan berakhir di black hole yang akan menguap dan lenyap.
Setahun setelahnya, Hawking melanjutkan penelitian mengenai black hole secara mandiri dengan menggabungkan teori relativitas umum dengan teori kuantum. Teori Stephen Hawking ini menyatakan bahwa, ketika ada dua lubang hitam yang bergabung, luas permukaan lubang hitam hasil gabungan pasti lebih luas daripada luas dua lubang hitam di awal.
Kemudian, pada 1974, Hawking membuat penelitian dengan judul “Black hole explosions?”. Hasilnya, lubang hitam tidak benar-benar menembus cahaya, tetapi memancarkan sinar panas dalam rentang waktu yang sangat lama. Fenomena ini disebut sebagai teori Hawking Radiation dan mengantarkannya menjadi bagian dari Royal Society, penghargaan bergengsi bagi ilmuwan. Ia juga mendapat penghargaan tertinggi Orde Companion of Honor dari Ratu Elizabeth II dan Albert Einstein Medal (1979), penghargaan yang diberikan kepada orang-orang yang sudah menghasilkan temuan yang berkaitan dengan Albert Einstein. Pada 2014, Hawking kembali membuat teori baru yang justru membantah teori yang sudah ada sebelumnya. Dimana, awalnya Hawking menyimpulkan bahwa semua materi yang masuk ke lubang hitam tidak dapat keluar lagi dan ikut lenyap ketika lubang hitam lenyap. Akan tetapi, teori barunya menyatakan bahwa, jika ada materi yang bisa lolos dari lubang hitam yang ditunjukkan dengan apparent horizon. Apparent horizon menjadi pembatas antara cahaya yang keluar dan cahaya yang masuk ke lubang hitam. Namun, teori ini masih dianggap kontroversial pada saat itu.
Stephen Hawking meninggal dunia pada 14 Maret 2018 di Cambridge, Inggris. Ia meninggal di usia 76 tahun. Meskipun raganya tidak lagi ada di dunia, namun hingga saat ini teorinya masih terus dikembangkan oleh fisikawan-fisikawan muda. Karya-karyanya pun menjadi bukti terobosan dalam ilmu pengetahuan yang dapat mengubah pemikiran dunia. Hawking akan selalu menjadi isnpirasi dan “Einstein kedua” dalam kemajuan pengetahuan umat manusia.
